Tradisi Muludan di Dusun Ngembong
Muludan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Nusantara untuk menyambut hari kelahiran Nabi Muhamad SAW. Tentu keegembiraan dalam meyambut kelahiran pemimpin besar umat islam ini juga dilakukan diseluruh dunia dengan berbagai bentuk kebuayaan. Tradisi ini mempunyai banyak versi dalam penyebutannya di berbagai daerah, misal di Jawa sering disebut “mulud” yang diambil dari nama bulan mulud pada kalender jawa dan kata “maulid” yang mempunyai arti hari kelahiran. Sehingga tradisi ini dinamai muludan, namun kebanyakan orang jawa melafalkanya dengan kata “mulutan” karena lebih mudah dalam penyebutannya.
Suasana acara Maulid di halaman rumah Kepala Desa Bulus |
Muludan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Nusantara untuk menyambut hari kelahiran Nabi Muhamad SAW. Tentu kegembiraan dalam meyambut kelahiran pemimpin besar umat islam ini juga dilakukan diseluruh dunia dengan berbagai bentuk kebuayaan.
Tradisi ini mempunyai banyak versi dalam penyebutannya di berbagai daerah, misal di Jawa sering disebut “mulud” yang diambil dari nama bulan mulud pada kalender jawa dan kata “maulid” yang mempunyai arti hari kelahiran. Sehingga tradisi ini dinamai muludan, namun kebanyakan orang jawa melafalkanya dengan kata “mulutan” karena lebih mudah dalam penyebutannya.
Setiap satu tahun sekali warga Dusun Ngembong selalu rutin mengadakan tradisi mulutan. Daerah pedesaan yang terletak di Ds. Bulus Kec. Bandung Kab. Tulungagung Jatim ini masih memegang teguhtradisi mulutan dengan baik. Hari ini tepat pada malam 12 Rabiul Awal 1437 atau 23 Desember 2015 Hijiriyah tradisi ini kembali dihadirkan dengan suasana yang selau dirindukan.
Masyarakat satu dusun berbondong – bondong menuju halaman rumah kepala desa dimana acara akan digelar di tempat tersebut. Kehidupan sosial yang dibungkus dengan balutan budaya dan agama menjadi alkulturasi indah yang sulit ditemukan di daerah perkotaan.Kegiatan berkumpul bersama merupakan ciri kas dari keharmonisan warga desa.
Kepala Desa Bulus menyambut kedatangan warga |
Mereka membawa “ambeng” atau makanan kas berupa lodho dengan pasanganya sego gureh (sekul suci ulam sari). Makanan kas berupa ayam kampung yang dimasak utuh dan Nasi yang dimasak dengan bumbu rempah kusus yang hanya dibuat setiap acara – acara penting di jawa.
Ayam lodho untuk dimasukan dalam ambeng |
Di tempat ini muludan dilakukan dengan kegiatan berzikir, doa dan pembacaan kitab maulid Al-Barzanji. Pembacaan Kitab Al-Barzanji atau yang sering disebut dengan “berjanjen” tersebut bertujuan untuk menghadirkan kembali kegembiraan atas lahirnya Nabi muhammad SAW melalui bait – bait syair sejarah yang indah.
Dengan mengenal sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, diharapkan kita mampu meneladani akhlak Beliau. Ada sesi “srakal”, sesi dimana para warga berdiri serentak dan melakukan shalawat dengan suasana hening dan haru layaknya acara tersebut dihadiri oleh Nabi Muhammad SAW.
Foto warga dari sisi timur tempat acara
|
Acara peringatan maulid Nabi ini akan terus berlanjut dengan acara – acara lain sebagai bentuk kegembiraan warga. Semoga dengan diadakannya tradisi semacam ini semakin membangkitkan cinta kita kepada pemimpin besar Nabi Muhammad SAW.